Losing My Love
Cast :
Kim Sook Jin (BTS)
Jung Soo Jung (f(x))
Kim Tae Yeon (SNSD)
Xi Luhan (EXO)
Genre : Sad,
Romance, Family
Tittle : PG
15
Author : reina_tan
Disclaimer: I only own this history.
Summary
: Penyesalan terbesarku adalah membiarkanmu
pergi tanpa aku tahu betapa kau sangat mencintaiku dan betapa aku sangat
merindukanmu – Jin
***
(Author)
“Soo Jung-ah,
ppali…!! Nanti kau terlambat!“ teriak
Taeyeon memperingatkan sang adik untuk segera berangkat ke sekolah.
“Ahhh,,, ne,
ne, aku akan segera berangkat. Anyyeong
eonnie, ingat kau harus menjaga kesehatanmu jangan terlalu lelah bekerja, ne?!” khawatir Soo Jung kepada
kakaknya yang memang mempunyai riwayat penyakit yang sangat serius. (baca :
berbahaya).
“Eumm,,arraseo
nae yeodongsaeng-ie” Taeyeon tersenyum manis sekali pada adiknya itu.
Menurutnya meskipun Soo Jung bukanlah adik
kandungnya, tapi dia sangat menyayangi adik tirinya itu.Orang tua Taeyeon
bercerai sejak Taeyeon kecil, dan akhirnya menikah dengan ayah Soo Jung dan ibu
Taeyeon melahirkan Soo Jung.Dan kini orangtua mereka telah meninggal sudah dua
tahun yang lalu.Alhasil Taeyeon hanya tinggal dengan adik kesayangannya Soo
Jung. Sedari kecil mereka memang sudah akrab, baik Taeyeon maupun Soo Jung,
mereka berdua saling menyayangi satu sama lain. Terlebih Taeyeon mempunyai
riwayat penyakit gagal jantung dan hati yang sewaktu-waktu dapat merenggut
nyawanya.Yang ingin Soo Jung berikan adalah kebahagiaan untuk Taeyeon meskipun
dia harus merelakan kebahagiaannya sendiri bahkan nyawanya. Inginnya Soo Jung,
Taeyeon berhenti bekerja dari pekerjaan paruh waktunya agar kesehatannya tetap
stabil, namun apadaya kebutuhan ekonomi mereka banyak, selain untuk biaya
sekolah Soo Jung dan makan sehaari-hari, Taeyeon juga harus menabung untuk
biaya check up-nya nanti. Oleh karena itu Soo Jung juga memiliki pekerjaan
paruh waktu setelah pulang sekolah meski tanpa izin dari Taeyeon.Yang Soo Jung
pikirkan adalah dia tidak mau membebankan semuanya kepada Taeyeon.
***
“Soo Jung-ah,
kau mau langsung pulang?” Tanya Naeun, teman sebangku Soo Jung.
“Ne, mianhae
aku tidak bisa pulang dengan mu hari ini.Aku ada sedikit urusan.Anyyeong ….” Pamit Soo Jung pada Naeun.
Baru saja beberapa langkah, telepon genggam Soo Jung
berdering, dan tertera nama‘Jin Oppa’,
nama orang yang memanggilnya di seberang sana. Orang yang selalu dia sukai
sejak dulu.Namun Jin lebih memilih Taeyeon ketimbang Soo Jung.Dengan segera Soo
Jung menjawab panggilan dari Hyun Jin.
“Yebbeoseyeo??”
“Soo Jung-ah,
neo eodiya?Aku akan menjemputmu secepatnya.”
“A-aku masih di seberang jalan dekat sekolah.Waeyo?”
“Tetap di situ, aku akan segera datang, arraseo?!!”
Baru saja Soo Jung hendak menjawab, tiba-tiba saja
sambungan telepon dari Sook Jin sudah terputus. Tak lama setelah itu mobil
silver milik Sook Jin datang dan berhenti di depan Soo Jung.
Pintu mobil terbuka, dan benar saja itu adalah Sook
Jin, orang yang sangat Soo Jung cintai sedari dulu.
“Sook Jin sanbae,
wae?” tanya Soo Jung masih dengan sikap dinginnya dan memanggil sanbae
karena Sook Jin memang seniornya dulu saat di SMA. Meski Sook Jin telah lulus
dua tahun lalu namun Soo Jung yang notabennya masih kelas 3 tetap memanggilnya
sanbae.
“Kakakmu,,, Taeyeon,,, dia masuk rumah sakit tadi! Ppaliiii…” tangan Sook Jin menarik paksa
tangan Soo Jung begitu saja, dan memaksa tubuh Soo Jung untuk mengikuti langkah
SookJin dan masuk ke dalam mobil Sook Jin. Seketika itu pula mobil Sook Jin
melesat dengan cepat membelah jalanan kota Seoul yang ramai siang itu.
***
Sesampainya di rumah sakit tempat Taeyeon dirawat,
bukannya langsung menemui Taeyeon, Sook Jin malah membawa Soo Jung ke ruang
dokter. Entah apa yang ada dipikiran Sook Jin saat ini, yang terpenting Soo
Jung harus mengikutinya dulu.
“Nde??!!”Soo
Jung berkata dengan nada yang terbilang tinggi itu, dia seolah tidak percaya
dengan apa yang dikatakan Uisa-nim
kepadanya tentang keadaan Taeyeon sekarang ini.
“Maaf sebelumnya, tapi kami sudah berusaha dengan
semampu kami. Kelelahan karena bekerja terlalu keraslah yang membuat kondisi
kesehatannya drop kembali. Tapi satu-satunya yang bisa menyelamatkannya
hanyalah operasi transplantasi jantung dan hati.” jelas sang Uisa-nim.
“Kalau begitu hanya tinggal mencari pendonornya saja
kan, dok?” tanya Soo Jung.
“Tidak semudah itu, sekarang ini jarang sekali ada
yang mau jadi pendonor. Untuk itu
“Kau yang harus jadi pendonor untuknya!” …” belum
selesai Uisa-nim menjelaskan, Sook
Jin sudah memotong percakapan tersebut.
DEGGG…………….
Betapa terkejutnya Soo Jung mendengar kalimat yang
dilontarkan Sook Jin padanya.Seakan-akan Sook Jin ingin Soo Jung mati.
“Mwo?? Apa
yang kau-“ belum sempat Soo Jung mengakhiri kalimatnya, tangan Sook Jin sudah
terlebih dulu menarik tangannya keluar dari ruangan Uisa-nim. Sang Uisa-nim hanya bisa duduk diam dan melihat tigkah
mereka berdua.
“Yakk!!Apa
kau sudah gila?! Cepat lepaskan aku!!” berontak Soo Jung.
“Kalau begitu, berikan jantung dan hatimu pada
Taeyeon!” jawaban yang keluar dari mulut Sook Jin seakan menusuk jantung Soo
Jung, menurutnya.
“Apa sekarang kau menyuruhku untuk mati, Kim Sook
Jin?!” tanya Soo Jung dengan nada tinggi. Sekarang dalam kalimatnya tak ada
embel-embel –sanbae lagi di belakang
nama Sook Jin.
“Apa kau tidak tahu siapa yang membuatnya terbaring
lemah di sana sekarang!!Itu karena KAU!!” dengan nada tinggi dan emosi yang
membludak, Sook Jin seakan-akan menekan Soo Jung.
“Apa maksudmu?”
“Dia pingsan saat sedang bekerja di kafe, dan itu
dia lakukan untuk membayar uang sekolahmu!Setidaknya berikan dia kebahagiaan
sedikit saja!”
“Meski itu bisa membunuhku?” dengan mata yang
berkaca-kaca Soo Jung menatap dalam mata Sook Jin.
“Yang bisa kau lakukan sebagai adiknya haya itu” dengan
nada dan ekspresi datar Sook Jin mengatakannya.Tanpa ada keraguan sedikitpun.
Bukankah ini sama saja dengan menyuruh Soo Jung untuk enyah dari dunia ini?.Air
mata yang Soo Jung tahan di pelupuk matanya, kini sudah tak terbendung lagi.
Sook Jin, orang yang sangat dia cintai bahkan menyuruhnya untuk mati saat ini
juga. Tidak. Bahkan sekarang pun Soo Jung merasa sudah mati, kakinya seakan tak
bisa merasakan pijakan lagi. Soo Jung berlari meninggalkan Sook Jin yang masih
beregang teguh pada kata-katanya, membiarkan Soo Jung pergi meninggalkannya.Menurutnya
ini adalah waktu Soo Jung untuk berfikir.
***
Soo Jung berlari tanpa arah dan tujuan dengan masih
menangis, mengeluarkan air matanya yang sedari tadi ia bendung. Tiba-tiba…,
BRUKKKK..
Tubuh Soo Jung seakan terperangkap dalam dekapan
seseorang.Dengan hati-hati Soo Jung melihat orang yang kini tengah memeluknya.
“Luhan…..” tatapan Soo Jung seakan menandakan
keterkejutannya.
“Apa kabar Jung Soo Jung?”Xi Luhan, teman
sepermainannya dulu kini ada dihadapannya.
“K-kau,, bagaimana bisa …?” yang bisa Soo Jung
lontarkan hanyalah pertanyaan menggantung.
“Aku baru saja kembali dari China sebulan yang lalu.
Aku kira kau tidak akan mengenaliku lagi, Jung-ie” panggilan khas dari Luhan,
teman multikulturalnya inilah yang ia ingat sampai sekarang.
Luhan adalah anak dari sepasang suami istri
multicultural, ibunya dari Korea sedangkan ayahnya dari China. Dulu ia pergi
meninggalkan Soo Jung dengan alasan mengikuti tempat dinas ayahnya di China.
Dengan sigap Luhan memeluk Soo Jung dengan peuh
kehangatan. Memang, sedari dulu Luhan sudah menyukai dan menyayangi Soo Jung,
namun ia tak pernah mengungkapkannya pada gadis itu. Dan kini ia kembali ke
sisi Soo Jung dan ingin mengungkapkannya pada gadis pujaannya itu.
“Bogoshippo..” gumam Luhan namun masih bisa terdengar
oleh telinga Soo Jung.
Tanpa Soo Jung sadari, ia menangis dalam pelukan
Luhan. Dari dulu memang hanya Luhan yang ia jadikan tempat untuk bercerita
tentang keluh kesahnya, karena ia berfikir Luhan adalah teman yang baik dan
paling mengerti dirinya, sekaligus sebagai kakak baginya.
Luhan akhirnya melepaskan pelukannya, heran dengan
situasi yang sedang terjadi, “Waeyo?”
tanyanya penuh simpati pada Soo Jung.
“Taeyeon eonnie,….
Taeyeon eonnie… hiks hikshiks..”
bibir Soo Jung seakan tak ingin dan tak mampu untuk berucap lagi.
“Arrayo,
aku sudah tahu kalau kakakmu masuk rumah sakit lagi.Dan dia butuh donor jantung
dan hati sesegera mungkin. Aku akan berusaha membantumu mencari pendonornya. Yaksokhaeyo, uljjima ne?” ucapan Luhan
seakan mantra yang mampu menyihir Soo Jung untuk mengikuti perintahnya,
jari-jari manis Luhan mengusap lembut permukaan wajah Soo Jung, menghapus air
mata yang sedari tadi meluncur di wajah cantik Soo Jung.
“Keundde,
sangat sulit untuk mendapatkan pendonor itukan?” Soo Jung mulai berbicara,
matanya menandakan penuh keluh kesah dan khawatir.
“Iya, tap-“
“Aku yang akan jadi pendonornya!” belum sempat Luhan
melanjutkan kalimatnya, ia sudah dikagetkan dengan apa yang Soo Jung katakan.
“Mwo?!Apa
kau sudah gila??! Kalau kau jadi pendonornya maka-“
“Aku akan mati?! Iya kan?Tapi ini sudah menjadi
keputusan dan tujuanku sekarang.”
“S-soo Jung-ah”
“Arayo,
kau tahu,bahkan orang yang aku cintai dari dulupun menyuruhku untuk melakukan
ini.” tersirat perasaan kecewa di wajah Soo Jung mengingat perkataan Hyun Jin
padanya tadi. ‘Pembuat Masalah’, apakah itu yang dimaksud Hyun Jin pada Soo
Jung.
“Shiro!!Aku
tidak setuju itu!” Luhan bersikeras untuk menentang Soo Jung
“Ini sudah menjadi keputusanku. Jika memang inilah
satu-satunya yang dapat aku lakukan untuk kakakku, aku akan melakukannya. Aku
ingin semua orang tidak hanya menganggapku orang yang hanya menyusahkan
kakaknya saja, Lu…”
“Tapi tetap saja ini bukan jalan keluar yang benar!”
“Sudahlah, aku pergi dulu.Ada yang harus aku lakukan
saat ini. Terimakasih untuk yang tadi” tanpa mendengar jawaban dari Luhan, Soo
Jung langsung berlari kecil meninggalkan Luhan yang masih tercengang dengan apa
yang Soo Jung niatkan tadi.
‘Kau
memang tak pernah tau, bahwa aku takut untuk kehilangnmu saat ini, Soo Jung-ah,,’
gumam Luhan.
***
-Keeseokan harinya-
“Annyeonghasseo,
Taeyeon-ssi..” sapa sang Uisa-nim pada Taeyeon.
“Ne,
Uisa-nim”
“Pagi ini aku membawa kabar baik sekali untukmu”
dengan wajah ceria sang dokter cantik itu mengatakan maksud kedatangannya.
“Kami sudah mendapatkan donor jantung dan hati yang pas sekali untukmu.Chukkhaeyo, Taeyeon-ssi”
“Jinjjayo?”
dengan wajah sumringah Taeyeon menanyakan kebenaran atas berita tersebut pada
sang dokter cantik itu. Namun, disisi lain wajah Sook Jin tampak menyiratkan
rasa kagetnya mendengar kabar tersebut.
“Ne, itu
benar.”
“Siapa orangnya, dok?”
“Ah,
cheoseonghamnida.Aku tidak boleh memberitahukanmu sebelum operasi.Dia
berpesan seperti itu padaku.”
“Kalau begitu, sampaikan ucapan terima kasihku padanya,
dokter.”
“Ya, akan saya sampaikan. Untuk jadwalnya sendiri,
kita akan melakukan operasi besok lusa. Bersiaplah, Taeyeon-ssi.Jaga kesehatanmu.Kalau begitu saya
permisi dulu.” Pamit sang Uisa-nim
dan langsung pergi meninggalkan kamar rawat Taeyeon.
Seketika itu pula, Sook Jin terperanjak dari tempat
duduknya.Dan berniat pergi meninggalkan Taeyeon.
“Eodigago
shippeoyo?”Tanya Taeyeon heran.
“Aku mau keluar sebentar.”
***
Jalanan kota Seoul tampak sepi hari ini, seperti
hati Soo Jung yang kesepian saat ini. Itulah hal yang dipikirkan Soo Jung.
Hatinya masih terasa sakit ketika ia mengingat tentang apa yang dikatakan Sook
Jin padanya kemarin. Tiba-tiba handphone Soo Jung bergetar, menandakan ada
panggilan masuk, dan nama yang tertera di sana adalah ‘Jin Oppa’. Seperti biasa, dengan segera Soo Jung menjawab
panggilannya.
“Yeobeoseyo?”
dengan hati-hati Soo Jung menyapa orang yang diseberang sana.
“Eodiga?Aku
ingin bertemu denganmu sekarang juga.”
“Aku sedang di dekat taman kota, tapi-“ Tanpa
menunggu jawaban sempurna dari Soo Jung, Sook Jin langsung memutuskan
panggilannya.
“Yeobeoseyo?Yeob-?Dasar
aneh.” Setelah menemukan bangku taman, Soo Jung duduk disana. Menurutnya,
mungkin tempat ini bisa memberikan ketenangan pikiran dan hatinya yang saaat
ini sedang kacau, tak lama Sook Jin datang menemuinya. Soo Jung yang menyadari
kehadiran Sook Jin pun segera berdiri menyapa Sook Jin.
“Sook Jin-sanbae,
wae-“ Soo Jung belum menyelesaikan pertanyaannya, tapi Sook Jin malah
memeluknya dengan erat, bahkan sangat.
“Gomawo,
dan juga mianhae, aku telah berburuk
sangka dan berkata kasar padamu” ucap Sook Jin tepat ditelinga Soo Jung.
“Sanbae,
wae?”
“Bukankah kau yang akan menjadi pendonor
Taeyeon?”Tanya Sook Jin masih dalam posisi memeluk Soo Jung.
“Etteokhae neo
ara?” (bagaimana kau tau?)
“Arayo, nan
ara. Pasti kaulah yang akan mendonorkannya kan?”
“Apa karena itu kau datang kemari?’ pertanyaan itu
hanya dijawab anggukan oleh Sook Jin.
Tak peduli apapun sekarang, yang dalam pikirannya,
yang terpenting Sook Jin senang dan bahagia, begitu juga kakaknya.Soo Jung
membalas pelukan Sook Jin dengan erat.Dia berpikir mungkin dia tidak akan
pernah bisa merasakan pelukan hangat ini dari Sook Jin lagi.
‘Saranghae’
ucap
Soo Jung dalam hati.
***
Hari operasi Taeyeon pun tiba, dengan penuh
kecemasan dan kegugupan baik Taeyeon maupun Sook Jin merasakan hal sama.
“Oppa,
Soo Jung eodiga?”Tanya Taeyeon yang menayakan keberadaan
adiknya itu.
“Mollayo,
mungkin dia sedang ada ujian di sekolah, jadi tidak bisa datang.”Sook Jin
menjawab pertanyaan Taeyeon dengan keadaan hati dan pikiran yang kacau. Entah
apa yang ia rasakan sekarang, ia seperi merasa akan kehilangan sesuatu yang
sangat berharga baginya. ‘Bukankah
Taeyeon disini, untuk apa aku memikirkannya.Soo Jung-ah aku berarap besar
padamu’ ucapnya dalam hati.
Opeasi pun dimulai. Di ruang A adalah tempat Taeyeon
berbaring, sedangkan di ruang B adalah tempat dimana Soo Jung terbaring,
menantikan sebuah pisau membelah dadanya, dan mengambil jantung serta hatinya
untuk diberikan pada sang kakak, Taeyeon. Disampingnya ada Luhan yang enggan
untuk melihat Soo Jung melakukan operasinya. Di wajahnya terlukis perasaan yang
menolak akan akan rencana ini.
“Waeyo,
Lu?”
“Apa kau yang harus melakukan semua ini?”
“Ne, kalau
bukan aku, lalu siapa?” terlukis senyuman manis di bibir Soo Jung. Di ruangan
itu hanya ada mereka berdua.Sedangkan dokter yang akan mengoprasi Soo Jung
berada di ruangan Taeyeon berada.
“Kau tau, aku sangat takut, dan aku tidak mau
kehilanganmu, Jung-ah.”Panggilan itu,
panggilan khas Luhan pada Soo Jung.Luhan bilang itu adalah panggilan rasa
sayangnya pada Soo Jung.
“Wae?”
“Saranghanikka,
Soo Jung-ah” degan air mata yang mulai mengalir di
pipinya, tiba-tiba Luhan mendekatkan wajahnya pada Soo Jung, dan mulai mencium
Soo Jung dengan penuh kasih sayang. Soo Jung hanya bisa pasrah menerima
sentuhan lembut dari bibir Luhan.
Perlahan Soo Jung memejamkan matanya, menikmati setiap detik sentuhan yang
dibeikan Luhan dibibirnya.
Hal yang tak pernah Luhan ketahui pula, sebenarnya
Soo Jung tau kalau Luhan mencintainya dan menyayanginya lebih dari sahabat
sejak dulu.Perlahan Luhan melepaskan tautan bibirnya dibibir Soo Jung. Luhan
hanya bisa menerima keadaan, jika orang yang tengah berbaring saat ini, orang
yang sangat ia sayangi akan pergi selama-lamanya dari dunia ini.
“Aku senang, setelah aku tau bahwa kau memang
menyukaiku, Lu” senyuman terakhir dari Soo Jung setelah ia memejamkan mata,
akibat dari bius yang disuntikan padanya oleh suster yang datang sesaat setelah
berakhirnya adegan ciuman antara Luhan dan Soo Jung tadi.
Tak lama sang Uisa-nimdatang,
dan segera melakukan operasi. ‘Sayonara,
Choi Soo Jung. Saranghae’ ucap Luhan dalam hati, sebelum ia meninggalkan
ruangan operasi itu.
***
(A Weeks Later)
Seminggu setelah masa pemulihan sejak proses opersai
transplantasi jantung dan hati Taeyeon, kini Taeyeon sudah terlihat lebih baik
dari sebelumnya. Tersirat diwajahnya perasaan bahagia dan rasa tak sabar untuk
segera beraktivitas seperti sedia kala.
“Oppa, Soo
Jung-ie eodiga?Kenapa dia tak pernah menjengukku lagi semenjak operasi
kemarin?” Tanya Taeyeon yang penasaran akan ketidakhadiran adik kesayangannya
itu.
Bingung.Itulah yang tengah terjadi pada diri Sook
Jin.Perasaan dan pikirannya terkecamuk. Sook Jin bingung, apa yang harus ia
katakan pada Taeyeon mengenai keadaan Soo Jung.
“a-a-a- i-i-tu-u,” cara bicara Sook Jin
terbata-bata, akibat dia bingung apa yang harus dia ucapkan sekarang pada
Taeyeon. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya?.
“Wae?”Taeyeon terheran.Namun, tiba-tiba Uisa-nim yang mengoperasi Taeyeon datang
ke kamar pasien tempat Taeyeon dirawat saat ini.
“Ah,
Uisa-nim.Annyeonghasseo?” sapa Taeyeon yang menyadari
kedatangan Uisa-nim.
“Ne, Taeyeon-ssi.Saya datang ke sini unuk menepati
janji saya pada Anda tentang pendonor itu.”
DEGGG….!!
Saking kagetnya dengan apa yang dikatakan oleh
Uisa-nim, seakan-akan mata Sook Jin ingin keluar dari sangkarnya. Perasaan
takut dan cemas mulai menyelimuti diri Sook Jin.
“Ah, benar.Jadi, siapa dia?Aku ingin mengucapkan
terima kasih padanya. Meski hanya melalui nisan.” Seakan sudah tahu tentang
akibat dari operasi transplantasi itu yang akan mengakibatkan sang pendonor
mati, Taeyeon berkata seperti itu dengan menunjukan senyum prihatin dan
meenyesal pada sang pendonor.
“Dia adalah….. adikmu, Jung Soo Jung”
DEGGG!!!
Perasaan Taeyeon sekarang bagai petir menghantam
jantungnya. Adiknya yang paling ia sayangi telah pergi hanya demi menolongnya.
Betapa menyesalnya Taeyeon saat ini. Tanpa ia sadari air matanya mengalir
begitu saja di pipi mulusnya itu. Rasa sesak langsung menghantamnya.Apa yang ia
harus lakukan sekarang, apakah ia harus menerima jantung dan hati ini? Hati
yang telah Soo Jung berikan sepenuhnya pada laki-laki yang kini tengah berada
disampingnya? Karena tanpa Soo Jung tahu, sebenarnya Taeyeon sudah tahu
kenyataan yang sebenarnya, hanya saja ia jadi buta, karena cintanya pada Sook
Jin dan melupakan perasaan adiknya pada laki-laki yang adiknya cintai juga.
“Gotjimal! Jangan bercanda! Yak! Kim Sook Jin, apa
semua ini benar?! Apa yang dikatakan Uisa-nim ini benar?!!” pertanyaan dari Taeyeon yang
diiringi tangis olehnya.
Sook Jin hanya mampu menekuk wajahnya, tak berani
menatap ataupun menjawab pertanyaan Taeyeon.Setelah selesai menjelaskan
semuanya, Uisa-nim pergi meninggalkan mereka berdua yang masih berkecamuk
antara perasaan sedih dan kecewa Taeyeon dengan perasaan bersalah dan takut
Sook Jin.
“Neo micheoso??Kau membiarkan adikku MATIII??!!!!!
Apa kau tahu yang sebenarnya?” pertanyaan yang menggantung dari Taeyeon membuat
Sook Jin tak mengerti apa maksud Taeyeon.
“Soo Jung, dialah Permen Kapasmu yang sebenarnya!” mendengar
itu, sontak wajah Sook Jin melukiskan perasaan terkejut yang amat besar.
“Apa maksudmu, Kim Taeyeon?”
“Selama ini kau salah orang.Orang yang selalu
memperhatikanmu, melindungimu, menyayangimu bahkan mencintaimu lebih dari
dirinya sendiri, dia adalah Soo Jung. Orang yang selama ini tak pernah kau
tatap!” panjang lebar Taeyeon menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi selama
ini.
“Mianhae, karena perasaan egoisku ini aku telah
membuatmu seperti ini. Mianhae….” Tangis Taeyeon pecah saat itu juga.Sook Jin
yang masih terkejut tentang kenyataan itupun hanya bisa diam tanpa memeluk atau
menenangkan Taeyeon.Sook Jin pun berlari meninggalkan Taeyeon yang masih dalam
tangisnya ke tempat Soo Jung disemayamkan.
***
(Another place)
Tempat ini, tempat dimana Soo Jung
disemayamkan.Disinilah Luhan yang masih terus berdiri mendatangi tempat ini
setiap hari.Mengganti bunga atau bahkan hanya sekedar tersenyum menatap foto
Soo Jung yang terpangpang disana.
“Soo Jung-ah,
annyeong. Bogoshipoyo, jinjja!” senyum Luhan mengembang saat ia teringat
kejadian-kejadian lampau antara dirinya dengan mendiang Soo Jung. Setelah lama
berdiri disana, Luhan akhirnya memutuskan untuk pergi.
Tak lam setelah kepergian Luhan, datanglah sosok
yang selama ini selalu Soo Jung cintai hingga akhir hayatnya, orang yang
harusnya lebih menyesal atas kepergian Soo Jung untuk selama-lamanya, Sook Jin.
Sook Jin datang dengan keadaan lemas, kaget, sedih
dan tak percaya.Cinta pertamanya, kini telah pergi untuk selama-lamanya dan
tentu ini juga termasuk keputusannya yang menyuruh Soo Jung untuk menjadi
pendonor hidup bagi Taeyeon.
“Soo Jung-ah,
mianhae…. Jeongmal mianhaeyo… hikshikshiks…” tangis Sook Jin pecah,
seketika itu juga Sook Jin merasa kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya.Sook
Jin ambruk seketika, berlutut dihadapan foto Soo Jung.Menangis tak
henti-hentinya. Tanpa ia sadari, Taeyeon sudah berada dibelakangnya sejak tadi.
Karena tadi Taeyeon ikut pergi berlari mengejarnya. Taeyeon pun ikut menangis
disana, menyesali apa yang telah ia perbuat pada adiknya. Penyesalan hanyalah
penyesalan, takdir sudh ditentukan, tak bisa diubah. Waktu yang seudah berlalu
pun tal bisa diputar kembali, jika bisa rasanya Sook Jin ingin memutarnya
kembali saat ia pulang dari Amerika dulu, saat bertemu lagi dengan Taeyeon dan
Soo Jung setelah kepergiannya dulu untuk melanjutkan kuliah di San Fransisco
dan lebih teliti lagi yang manakah Sang Permen Kapasnya itu, Taeyeon ataukah
Soo Jung sang Permen Kapas yang sebenarnya.
Akhirnya Sook Jin menyadari kehadiran Taeyeon, ia
hanya menoleh sebentar dan kembali ke fokusnya menatap wajah Soo Jung dalam
foto itu.
“Penyesalan terbesarku adalah membiarkannya pergi
tanpa aku tahu betapa ia sangat mencintaiku dan betapa aku sangat
merindukannya.Mianhae, Soo Jung-ah”
Sook Jin dan Taeyeon sama-sama menutup mata mereka berdoa untuk kebahagiaan Soo
Jung di alam sana.
-FIN-