expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 April 2015

Losing My Love



Losing My Love

Cast     :
Kim Sook Jin (BTS)
Jung Soo Jung (f(x))
Kim Tae Yeon (SNSD)
Xi Luhan (EXO)
Genre  : Sad, Romance, Family
Tittle    : PG 15
Author : reina_tan
Disclaimer: I only own this history.
Summary : Penyesalan terbesarku adalah membiarkanmu pergi tanpa aku tahu betapa kau sangat mencintaiku dan betapa aku sangat merindukanmu – Jin

***
(Author)
“Soo Jung-ah, ppali…!! Nanti kau terlambat!“ teriak Taeyeon memperingatkan sang adik untuk segera berangkat ke sekolah.
“Ahhh,,, ne, ne, aku akan segera berangkat. Anyyeong eonnie, ingat kau harus menjaga kesehatanmu jangan terlalu lelah bekerja, ne?!” khawatir Soo Jung kepada kakaknya yang memang mempunyai riwayat penyakit yang sangat serius. (baca : berbahaya).
“Eumm,,arraseo nae yeodongsaeng-ie” Taeyeon tersenyum manis sekali pada adiknya itu.
Menurutnya meskipun Soo Jung bukanlah adik kandungnya, tapi dia sangat menyayangi adik tirinya itu.Orang tua Taeyeon bercerai sejak Taeyeon kecil, dan akhirnya menikah dengan ayah Soo Jung dan ibu Taeyeon melahirkan Soo Jung.Dan kini orangtua mereka telah meninggal sudah dua tahun yang lalu.Alhasil Taeyeon hanya tinggal dengan adik kesayangannya Soo Jung. Sedari kecil mereka memang sudah akrab, baik Taeyeon maupun Soo Jung, mereka berdua saling menyayangi satu sama lain. Terlebih Taeyeon mempunyai riwayat penyakit gagal jantung dan hati yang sewaktu-waktu dapat merenggut nyawanya.Yang ingin Soo Jung berikan adalah kebahagiaan untuk Taeyeon meskipun dia harus merelakan kebahagiaannya sendiri bahkan nyawanya. Inginnya Soo Jung, Taeyeon berhenti bekerja dari pekerjaan paruh waktunya agar kesehatannya tetap stabil, namun apadaya kebutuhan ekonomi mereka banyak, selain untuk biaya sekolah Soo Jung dan makan sehaari-hari, Taeyeon juga harus menabung untuk biaya check up-nya nanti. Oleh karena itu Soo Jung juga memiliki pekerjaan paruh waktu setelah pulang sekolah meski tanpa izin dari Taeyeon.Yang Soo Jung pikirkan adalah dia tidak mau membebankan semuanya kepada Taeyeon.
***
“Soo Jung-ah, kau mau langsung pulang?” Tanya Naeun, teman sebangku Soo Jung.
Ne, mianhae aku tidak bisa pulang dengan mu hari ini.Aku ada sedikit urusan.Anyyeong ….” Pamit Soo Jung pada Naeun.
Baru saja beberapa langkah, telepon genggam Soo Jung berdering, dan tertera nama‘Jin Oppa’, nama orang yang memanggilnya di seberang sana. Orang yang selalu dia sukai sejak dulu.Namun Jin lebih memilih Taeyeon ketimbang Soo Jung.Dengan segera Soo Jung menjawab panggilan dari Hyun Jin.
“Yebbeoseyeo??”
“Soo Jung-ah, neo eodiya?Aku akan menjemputmu secepatnya.”
“A-aku masih di seberang jalan dekat sekolah.Waeyo?
“Tetap di situ, aku akan segera datang, arraseo?!!”
Baru saja Soo Jung hendak menjawab, tiba-tiba saja sambungan telepon dari Sook Jin sudah terputus. Tak lama setelah itu mobil silver milik Sook Jin datang dan berhenti di depan Soo Jung.
Pintu mobil terbuka, dan benar saja itu adalah Sook Jin, orang yang sangat Soo Jung cintai sedari dulu.
“Sook Jin sanbae, wae?” tanya Soo Jung masih dengan sikap dinginnya dan memanggil sanbae karena Sook Jin memang seniornya dulu saat di SMA. Meski Sook Jin telah lulus dua tahun lalu namun Soo Jung yang notabennya masih kelas 3 tetap memanggilnya sanbae.
“Kakakmu,,, Taeyeon,,, dia masuk rumah sakit tadi! Ppaliiii…” tangan Sook Jin menarik paksa tangan Soo Jung begitu saja, dan memaksa tubuh Soo Jung untuk mengikuti langkah SookJin dan masuk ke dalam mobil Sook Jin. Seketika itu pula mobil Sook Jin melesat dengan cepat membelah jalanan kota Seoul yang ramai siang itu.
***

Sesampainya di rumah sakit tempat Taeyeon dirawat, bukannya langsung menemui Taeyeon, Sook Jin malah membawa Soo Jung ke ruang dokter. Entah apa yang ada dipikiran Sook Jin saat ini, yang terpenting Soo Jung harus mengikutinya dulu.
Nde??!!”Soo Jung berkata dengan nada yang terbilang tinggi itu, dia seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Uisa-nim kepadanya tentang keadaan Taeyeon sekarang ini.
“Maaf sebelumnya, tapi kami sudah berusaha dengan semampu kami. Kelelahan karena bekerja terlalu keraslah yang membuat kondisi kesehatannya drop kembali. Tapi satu-satunya yang bisa menyelamatkannya hanyalah operasi transplantasi jantung dan hati.” jelas sang Uisa-nim.
“Kalau begitu hanya tinggal mencari pendonornya saja kan, dok?” tanya Soo Jung.
“Tidak semudah itu, sekarang ini jarang sekali ada yang mau jadi pendonor. Untuk itu
“Kau yang harus jadi pendonor untuknya!” …” belum selesai Uisa-nim menjelaskan, Sook Jin sudah memotong percakapan tersebut.
DEGGG…………….
Betapa terkejutnya Soo Jung mendengar kalimat yang dilontarkan Sook Jin padanya.Seakan-akan Sook Jin ingin Soo Jung mati.
Mwo?? Apa yang kau-“ belum sempat Soo Jung mengakhiri kalimatnya, tangan Sook Jin sudah terlebih dulu menarik tangannya keluar dari ruangan Uisa-nim. Sang Uisa-nim hanya bisa duduk diam dan melihat tigkah mereka berdua.
Yakk!!Apa kau sudah gila?! Cepat lepaskan aku!!” berontak Soo Jung.
“Kalau begitu, berikan jantung dan hatimu pada Taeyeon!” jawaban yang keluar dari mulut Sook Jin seakan menusuk jantung Soo Jung, menurutnya.
“Apa sekarang kau menyuruhku untuk mati, Kim Sook Jin?!” tanya Soo Jung dengan nada tinggi. Sekarang dalam kalimatnya tak ada embel-embel –sanbae lagi di belakang nama Sook Jin.
“Apa kau tidak tahu siapa yang membuatnya terbaring lemah di sana sekarang!!Itu karena KAU!!” dengan nada tinggi dan emosi yang membludak, Sook Jin seakan-akan menekan Soo Jung.
“Apa maksudmu?”
“Dia pingsan saat sedang bekerja di kafe, dan itu dia lakukan untuk membayar uang sekolahmu!Setidaknya berikan dia kebahagiaan sedikit saja!”
“Meski itu bisa membunuhku?” dengan mata yang berkaca-kaca Soo Jung menatap dalam mata Sook Jin.
“Yang bisa kau lakukan sebagai adiknya haya itu” dengan nada dan ekspresi datar Sook Jin mengatakannya.Tanpa ada keraguan sedikitpun. Bukankah ini sama saja dengan menyuruh Soo Jung untuk enyah dari dunia ini?.Air mata yang Soo Jung tahan di pelupuk matanya, kini sudah tak terbendung lagi. Sook Jin, orang yang sangat dia cintai bahkan menyuruhnya untuk mati saat ini juga. Tidak. Bahkan sekarang pun Soo Jung merasa sudah mati, kakinya seakan tak bisa merasakan pijakan lagi. Soo Jung berlari meninggalkan Sook Jin yang masih beregang teguh pada kata-katanya, membiarkan Soo Jung pergi meninggalkannya.Menurutnya ini adalah waktu Soo Jung untuk berfikir.
***
Soo Jung berlari tanpa arah dan tujuan dengan masih menangis, mengeluarkan air matanya yang sedari tadi ia bendung. Tiba-tiba…,
BRUKKKK..
Tubuh Soo Jung seakan terperangkap dalam dekapan seseorang.Dengan hati-hati Soo Jung melihat orang yang kini tengah memeluknya.
“Luhan…..” tatapan Soo Jung seakan menandakan keterkejutannya.
“Apa kabar Jung Soo Jung?”Xi Luhan, teman sepermainannya dulu kini ada dihadapannya.
“K-kau,, bagaimana bisa …?” yang bisa Soo Jung lontarkan hanyalah pertanyaan menggantung.
“Aku baru saja kembali dari China sebulan yang lalu. Aku kira kau tidak akan mengenaliku lagi, Jung-ie” panggilan khas dari Luhan, teman multikulturalnya inilah yang ia ingat sampai sekarang.
Luhan adalah anak dari sepasang suami istri multicultural, ibunya dari Korea sedangkan ayahnya dari China. Dulu ia pergi meninggalkan Soo Jung dengan alasan mengikuti tempat dinas ayahnya di China.
Dengan sigap Luhan memeluk Soo Jung dengan peuh kehangatan. Memang, sedari dulu Luhan sudah menyukai dan menyayangi Soo Jung, namun ia tak pernah mengungkapkannya pada gadis itu. Dan kini ia kembali ke sisi Soo Jung dan ingin mengungkapkannya pada gadis pujaannya itu.
“Bogoshippo..” gumam Luhan namun masih bisa terdengar oleh telinga Soo Jung.
Tanpa Soo Jung sadari, ia menangis dalam pelukan Luhan. Dari dulu memang hanya Luhan yang ia jadikan tempat untuk bercerita tentang keluh kesahnya, karena ia berfikir Luhan adalah teman yang baik dan paling mengerti dirinya, sekaligus sebagai kakak baginya.
Luhan akhirnya melepaskan pelukannya, heran dengan situasi yang sedang terjadi, “Waeyo?” tanyanya penuh simpati pada Soo Jung.
“Taeyeon eonnie,…. Taeyeon eonnie… hiks hikshiks..” bibir Soo Jung seakan tak ingin dan tak mampu untuk berucap lagi.
Arrayo, aku sudah tahu kalau kakakmu masuk rumah sakit lagi.Dan dia butuh donor jantung dan hati sesegera mungkin. Aku akan berusaha membantumu mencari pendonornya. Yaksokhaeyo, uljjima ne?” ucapan Luhan seakan mantra yang mampu menyihir Soo Jung untuk mengikuti perintahnya, jari-jari manis Luhan mengusap lembut permukaan wajah Soo Jung, menghapus air mata yang sedari tadi meluncur di wajah cantik Soo Jung.
Keundde, sangat sulit untuk mendapatkan pendonor itukan?” Soo Jung mulai berbicara, matanya menandakan penuh keluh kesah dan khawatir.
“Iya, tap-“
“Aku yang akan jadi pendonornya!” belum sempat Luhan melanjutkan kalimatnya, ia sudah dikagetkan dengan apa yang Soo Jung katakan.
Mwo?!Apa kau sudah gila??! Kalau kau jadi pendonornya maka-“
“Aku akan mati?! Iya kan?Tapi ini sudah menjadi keputusan dan tujuanku sekarang.”
“S-soo Jung-ah
Arayo, kau tahu,bahkan orang yang aku cintai dari dulupun menyuruhku untuk melakukan ini.” tersirat perasaan kecewa di wajah Soo Jung mengingat perkataan Hyun Jin padanya tadi. ‘Pembuat Masalah’, apakah itu yang dimaksud Hyun Jin pada Soo Jung.
Shiro!!Aku tidak setuju itu!” Luhan bersikeras untuk menentang Soo Jung
“Ini sudah menjadi keputusanku. Jika memang inilah satu-satunya yang dapat aku lakukan untuk kakakku, aku akan melakukannya. Aku ingin semua orang tidak hanya menganggapku orang yang hanya menyusahkan kakaknya saja, Lu…”
“Tapi tetap saja ini bukan jalan keluar yang benar!”
“Sudahlah, aku pergi dulu.Ada yang harus aku lakukan saat ini. Terimakasih untuk yang tadi” tanpa mendengar jawaban dari Luhan, Soo Jung langsung berlari kecil meninggalkan Luhan yang masih tercengang dengan apa yang Soo Jung niatkan tadi.
‘Kau memang tak pernah tau, bahwa aku takut untuk kehilangnmu saat ini, Soo Jung-ah,,’ gumam Luhan.
***
-Keeseokan harinya-
“Annyeonghasseo, Taeyeon-ssi..” sapa sang Uisa-nim pada Taeyeon.
“Ne, Uisa-nim”
“Pagi ini aku membawa kabar baik sekali untukmu” dengan wajah ceria sang dokter cantik itu mengatakan maksud kedatangannya. “Kami sudah mendapatkan donor jantung dan hati yang pas sekali untukmu.Chukkhaeyo, Taeyeon-ssi
Jinjjayo?” dengan wajah sumringah Taeyeon menanyakan kebenaran atas berita tersebut pada sang dokter cantik itu. Namun, disisi lain wajah Sook Jin tampak menyiratkan rasa kagetnya mendengar kabar tersebut.
Ne, itu benar.”
“Siapa orangnya, dok?”
“Ah, cheoseonghamnida.Aku tidak boleh memberitahukanmu sebelum operasi.Dia berpesan seperti itu padaku.”
“Kalau begitu, sampaikan ucapan terima kasihku padanya, dokter.”
“Ya, akan saya sampaikan. Untuk jadwalnya sendiri, kita akan melakukan operasi besok lusa. Bersiaplah, Taeyeon-ssi.Jaga kesehatanmu.Kalau begitu saya permisi dulu.” Pamit sang Uisa-nim dan langsung pergi meninggalkan kamar rawat Taeyeon.
Seketika itu pula, Sook Jin terperanjak dari tempat duduknya.Dan berniat pergi meninggalkan Taeyeon.
“Eodigago shippeoyo?”Tanya Taeyeon heran.
“Aku mau keluar sebentar.”
***
Jalanan kota Seoul tampak sepi hari ini, seperti hati Soo Jung yang kesepian saat ini. Itulah hal yang dipikirkan Soo Jung. Hatinya masih terasa sakit ketika ia mengingat tentang apa yang dikatakan Sook Jin padanya kemarin. Tiba-tiba handphone Soo Jung bergetar, menandakan ada panggilan masuk, dan nama yang tertera di sana adalah ‘Jin Oppa’. Seperti biasa, dengan segera Soo Jung menjawab panggilannya.
“Yeobeoseyo?” dengan hati-hati Soo Jung menyapa orang yang diseberang sana.
“Eodiga?Aku ingin bertemu denganmu sekarang juga.”
“Aku sedang di dekat taman kota, tapi-“ Tanpa menunggu jawaban sempurna dari Soo Jung, Sook Jin langsung memutuskan panggilannya.
Yeobeoseyo?Yeob-?Dasar aneh.” Setelah menemukan bangku taman, Soo Jung duduk disana. Menurutnya, mungkin tempat ini bisa memberikan ketenangan pikiran dan hatinya yang saaat ini sedang kacau, tak lama Sook Jin datang menemuinya. Soo Jung yang menyadari kehadiran Sook Jin pun segera berdiri menyapa Sook Jin.
“Sook Jin-sanbae, wae-“ Soo Jung belum menyelesaikan pertanyaannya, tapi Sook Jin malah memeluknya dengan erat, bahkan sangat.
Gomawo, dan juga mianhae, aku telah berburuk sangka dan berkata kasar padamu” ucap Sook Jin tepat ditelinga Soo Jung.
“Sanbae, wae?”
“Bukankah kau yang akan menjadi pendonor Taeyeon?”Tanya Sook Jin masih dalam posisi memeluk Soo Jung.
Etteokhae neo ara?” (bagaimana kau tau?)
Arayo, nan ara. Pasti kaulah yang akan mendonorkannya kan?”
“Apa karena itu kau datang kemari?’ pertanyaan itu hanya dijawab anggukan oleh Sook Jin.
Tak peduli apapun sekarang, yang dalam pikirannya, yang terpenting Sook Jin senang dan bahagia, begitu juga kakaknya.Soo Jung membalas pelukan Sook Jin dengan erat.Dia berpikir mungkin dia tidak akan pernah bisa merasakan pelukan hangat ini dari Sook Jin lagi.
‘Saranghae’ ucap Soo Jung dalam hati.
***
Hari operasi Taeyeon pun tiba, dengan penuh kecemasan dan kegugupan baik Taeyeon maupun Sook Jin merasakan hal sama.
“Oppa, Soo Jung eodiga?”Tanya Taeyeon yang menayakan keberadaan adiknya itu.
Mollayo, mungkin dia sedang ada ujian di sekolah, jadi tidak bisa datang.”Sook Jin menjawab pertanyaan Taeyeon dengan keadaan hati dan pikiran yang kacau. Entah apa yang ia rasakan sekarang, ia seperi merasa akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. ‘Bukankah Taeyeon disini, untuk apa aku memikirkannya.Soo Jung-ah aku berarap besar padamu’ ucapnya dalam hati.
Opeasi pun dimulai. Di ruang A adalah tempat Taeyeon berbaring, sedangkan di ruang B adalah tempat dimana Soo Jung terbaring, menantikan sebuah pisau membelah dadanya, dan mengambil jantung serta hatinya untuk diberikan pada sang kakak, Taeyeon. Disampingnya ada Luhan yang enggan untuk melihat Soo Jung melakukan operasinya. Di wajahnya terlukis perasaan yang menolak akan akan rencana ini.
“Waeyo, Lu?”
“Apa kau yang harus melakukan semua ini?”
Ne, kalau bukan aku, lalu siapa?” terlukis senyuman manis di bibir Soo Jung. Di ruangan itu hanya ada mereka berdua.Sedangkan dokter yang akan mengoprasi Soo Jung berada di ruangan Taeyeon berada.
“Kau tau, aku sangat takut, dan aku tidak mau kehilanganmu, Jung-ah.”Panggilan itu, panggilan khas Luhan pada Soo Jung.Luhan bilang itu adalah panggilan rasa sayangnya pada Soo Jung.
“Wae?”
“Saranghanikka, Soo Jung-ah” degan air mata yang mulai mengalir di pipinya, tiba-tiba Luhan mendekatkan wajahnya pada Soo Jung, dan mulai mencium Soo Jung dengan penuh kasih sayang. Soo Jung hanya bisa pasrah menerima sentuhan  lembut dari bibir Luhan. Perlahan Soo Jung memejamkan matanya, menikmati setiap detik sentuhan yang dibeikan Luhan dibibirnya.
Hal yang tak pernah Luhan ketahui pula, sebenarnya Soo Jung tau kalau Luhan mencintainya dan menyayanginya lebih dari sahabat sejak dulu.Perlahan Luhan melepaskan tautan bibirnya dibibir Soo Jung. Luhan hanya bisa menerima keadaan, jika orang yang tengah berbaring saat ini, orang yang sangat ia sayangi akan pergi selama-lamanya dari dunia ini.
“Aku senang, setelah aku tau bahwa kau memang menyukaiku, Lu” senyuman terakhir dari Soo Jung setelah ia memejamkan mata, akibat dari bius yang disuntikan padanya oleh suster yang datang sesaat setelah berakhirnya adegan ciuman antara Luhan dan Soo Jung tadi.
Tak lama sang Uisa-nimdatang, dan segera melakukan operasi. ‘Sayonara, Choi Soo Jung. Saranghae’ ucap Luhan dalam hati, sebelum ia meninggalkan ruangan operasi itu.
***
(A Weeks Later)
Seminggu setelah masa pemulihan sejak proses opersai transplantasi jantung dan hati Taeyeon, kini Taeyeon sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Tersirat diwajahnya perasaan bahagia dan rasa tak sabar untuk segera beraktivitas seperti sedia kala.
Oppa, Soo Jung-ie eodiga?Kenapa dia tak pernah menjengukku lagi semenjak operasi kemarin?” Tanya Taeyeon yang penasaran akan ketidakhadiran adik kesayangannya itu.
Bingung.Itulah yang tengah terjadi pada diri Sook Jin.Perasaan dan pikirannya terkecamuk. Sook Jin bingung, apa yang harus ia katakan pada Taeyeon mengenai keadaan Soo Jung.
“a-a-a- i-i-tu-u,” cara bicara Sook Jin terbata-bata, akibat dia bingung apa yang harus dia ucapkan sekarang pada Taeyeon. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya?.
“Wae?”Taeyeon terheran.Namun, tiba-tiba Uisa-nim yang mengoperasi Taeyeon datang ke kamar pasien tempat Taeyeon dirawat saat ini.
“Ah, Uisa-nim.Annyeonghasseo?” sapa Taeyeon yang menyadari kedatangan Uisa-nim.
“Ne, Taeyeon-ssi.Saya datang ke sini unuk menepati janji saya pada Anda tentang pendonor itu.”
DEGGG….!!
Saking kagetnya dengan apa yang dikatakan oleh Uisa-nim, seakan-akan mata Sook Jin ingin keluar dari sangkarnya. Perasaan takut dan cemas mulai menyelimuti diri Sook Jin.
“Ah, benar.Jadi, siapa dia?Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya. Meski hanya melalui nisan.” Seakan sudah tahu tentang akibat dari operasi transplantasi itu yang akan mengakibatkan sang pendonor mati, Taeyeon berkata seperti itu dengan menunjukan senyum prihatin dan meenyesal pada sang pendonor.
“Dia adalah….. adikmu, Jung Soo Jung”
DEGGG!!!
Perasaan Taeyeon sekarang bagai petir menghantam jantungnya. Adiknya yang paling ia sayangi telah pergi hanya demi menolongnya. Betapa menyesalnya Taeyeon saat ini. Tanpa ia sadari air matanya mengalir begitu saja di pipi mulusnya itu. Rasa sesak langsung menghantamnya.Apa yang ia harus lakukan sekarang, apakah ia harus menerima jantung dan hati ini? Hati yang telah Soo Jung berikan sepenuhnya pada laki-laki yang kini tengah berada disampingnya? Karena tanpa Soo Jung tahu, sebenarnya Taeyeon sudah tahu kenyataan yang sebenarnya, hanya saja ia jadi buta, karena cintanya pada Sook Jin dan melupakan perasaan adiknya pada laki-laki yang adiknya cintai juga.
“Gotjimal! Jangan bercanda! Yak! Kim Sook Jin, apa semua ini benar?! Apa yang dikatakan Uisa-nim  ini benar?!!” pertanyaan dari Taeyeon yang diiringi tangis olehnya.
Sook Jin hanya mampu menekuk wajahnya, tak berani menatap ataupun menjawab pertanyaan Taeyeon.Setelah selesai menjelaskan semuanya, Uisa-nim pergi meninggalkan mereka berdua yang masih berkecamuk antara perasaan sedih dan kecewa Taeyeon dengan perasaan bersalah dan takut Sook Jin.
“Neo micheoso??Kau membiarkan adikku MATIII??!!!!! Apa kau tahu yang sebenarnya?” pertanyaan yang menggantung dari Taeyeon membuat Sook Jin tak mengerti apa maksud Taeyeon.
“Soo Jung, dialah Permen Kapasmu yang sebenarnya!” mendengar itu, sontak wajah Sook Jin melukiskan perasaan terkejut yang amat besar.
“Apa maksudmu, Kim Taeyeon?”
“Selama ini kau salah orang.Orang yang selalu memperhatikanmu, melindungimu, menyayangimu bahkan mencintaimu lebih dari dirinya sendiri, dia adalah Soo Jung. Orang yang selama ini tak pernah kau tatap!” panjang lebar Taeyeon menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi selama ini.
“Mianhae, karena perasaan egoisku ini aku telah membuatmu seperti ini. Mianhae….” Tangis Taeyeon pecah saat itu juga.Sook Jin yang masih terkejut tentang kenyataan itupun hanya bisa diam tanpa memeluk atau menenangkan Taeyeon.Sook Jin pun berlari meninggalkan Taeyeon yang masih dalam tangisnya ke tempat Soo Jung disemayamkan.
***
(Another place)
Tempat ini, tempat dimana Soo Jung disemayamkan.Disinilah Luhan yang masih terus berdiri mendatangi tempat ini setiap hari.Mengganti bunga atau bahkan hanya sekedar tersenyum menatap foto Soo Jung yang terpangpang disana.
Soo Jung-ah, annyeong. Bogoshipoyo, jinjja!” senyum Luhan mengembang saat ia teringat kejadian-kejadian lampau antara dirinya dengan mendiang Soo Jung. Setelah lama berdiri disana, Luhan akhirnya memutuskan untuk pergi.
Tak lam setelah kepergian Luhan, datanglah sosok yang selama ini selalu Soo Jung cintai hingga akhir hayatnya, orang yang harusnya lebih menyesal atas kepergian Soo Jung untuk selama-lamanya, Sook Jin.
Sook Jin datang dengan keadaan lemas, kaget, sedih dan tak percaya.Cinta pertamanya, kini telah pergi untuk selama-lamanya dan tentu ini juga termasuk keputusannya yang menyuruh Soo Jung untuk menjadi pendonor hidup bagi Taeyeon.
Soo Jung-ah, mianhae…. Jeongmal mianhaeyo… hikshikshiks…” tangis Sook Jin pecah, seketika itu juga Sook Jin merasa kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya.Sook Jin ambruk seketika, berlutut dihadapan foto Soo Jung.Menangis tak henti-hentinya. Tanpa ia sadari, Taeyeon sudah berada dibelakangnya sejak tadi. Karena tadi Taeyeon ikut pergi berlari mengejarnya. Taeyeon pun ikut menangis disana, menyesali apa yang telah ia perbuat pada adiknya. Penyesalan hanyalah penyesalan, takdir sudh ditentukan, tak bisa diubah. Waktu yang seudah berlalu pun tal bisa diputar kembali, jika bisa rasanya Sook Jin ingin memutarnya kembali saat ia pulang dari Amerika dulu, saat bertemu lagi dengan Taeyeon dan Soo Jung setelah kepergiannya dulu untuk melanjutkan kuliah di San Fransisco dan lebih teliti lagi yang manakah Sang Permen Kapasnya itu, Taeyeon ataukah Soo Jung sang Permen Kapas yang sebenarnya.
Akhirnya Sook Jin menyadari kehadiran Taeyeon, ia hanya menoleh sebentar dan kembali ke fokusnya menatap wajah Soo Jung dalam foto itu.
“Penyesalan terbesarku adalah membiarkannya pergi tanpa aku tahu betapa ia sangat mencintaiku dan betapa aku sangat merindukannya.Mianhae, Soo Jung-ah” Sook Jin dan Taeyeon sama-sama menutup mata mereka berdoa untuk kebahagiaan Soo Jung di alam sana.

-FIN-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar