The death of valentine days!
Tittle : The death of valentine days!
Author : reina_tan
Genre : Sad, Romance
Rating : PG15
Length : Oneshoot (?)
Cast :
ü Jeon Jung Kook (BTS)
ü Cho Ji Hyun (OC)
ü Ok Taecyeon (2PM)
ü Kwon Ji Young /G-Dragon (BigBang)
Disclaimer : All cast in
this story are not mine, but the story, idea, and cover are mine! Don’t copy or
share this story withot my permission. Don’t bashing, if you don’t like my
story just Don’t Read, dear.
A/N : Annyeong...... (bow bareng Jungkook ^^)
aku bawa ff abal-abal baru lagi nih
dengan cast bias ku /Joongkook/ ..... semoga suka ya dengan ceritanya. Maaf
kalau ada typo atau kata-kata yang gak sesuai dengan EYD
hehehe.. Saran dan komentar ditunggu... ^^ (Bow lagi bareng Jungkook^^).
Summary :
Kau tau betapa sakitnya dan menderitanya terpisah dari orangtuamu
sendiri?! – Kwon Ji Young
Jangan pernah kau menyentuhnya, walau hanya seujung rambutnya saja!
– Cho Ji Hyun
Lebih baik aku mati ditanganmu, daripada harus menjauh darimu –
Jeon Jung Kook
HAPPY READING !!
***
Cheodam-dong,14
Februari 2013
Kreeeeeettttttttt,
suara pintu yang sudah terlihat tua itu berbunyi tanda ia terbuka. Sedikit demi
sedikit cahaya itu masuk ke dalam ruangan yang gelap dan sempit itu. Samar-samar
terlihat sosok seorang pria berpakaian serba hitam dari ujung kepala sampai
ujung kakinya. Perlahan pria itu masuk ke dalam ruangan gelap dan sempit itu
meghampiri seseorang yang diketahui adalah sekapannya. Dengan senyuman liciknya
ia menghampiri gadis–sekapannya itu, dan menatap gadis yang seluruh badannya
terikat serta mulutnya ditutup dengan lakban hitam itu dengan tatapan
seorang psikopat. Sedangkan orang yang ditatap kembali menatap dengan tatapan
yang tak kalah tajamnya.
“Anyyeong,
Ji Hyun-ah” sapa pria itu kepada Ji Hyun-gadis sekapannya.
“………”
Ji Hyun hanya diam. Namun ia masih menatap dengan tatapan yang sangat tajam
kepada pria psikopat itu.
“Ah,
aku lupa! Kau tidak bisa berbicara! Hahahaha” suara tawa pria psikopat
itu menggelegar di ruangan yang gelap itu.
Masih.Ji
Hyun masih menatap dengan tatapan seperti ingin membunuh pria itu. Namun apa
daya, sekarang seluruh tubuhnya terikat oleh tali-tali besar. Tentu saja itu
semua adalah ulah si pria yang menurutnya tidak waras alias PSIKOPAT!
Pria
itu mulai mendekati Ji Hyun, dan membuka penutup mulut Ji Hyun dengan kasar
membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Apa
maumu, hah?!” teriak Ji Hyun sesaat setelah penutup mulutnya dibuka dengan
sangat kencang dan menimbulkan feedback yang menggelegar di seluruh
ruangan gelap itu.
“Oh,
santai sajalah. Aku tidak akan menyakitimu gadis manis” dengan entengnya pria psikopat
itu menjawab sembari mengelus pipi Ji Hyun. Seketika Ji Hyun menolak dan geram
akan perlakuan pria itu.
“Hentikan
semua ini, Kwon Ji Young!”
Kwon
Ji Young, nama pria psikopat itu menggema diruangan itu akibat teriakan
keras dari Ji Hyun. Sedetik kemudian tiba-tiba saja Ji Young mengeluarkan
sebilah pisau dibalik saku celananya dan mengarahkannya pada wajah Ji Hyun.Namun
pada wajah Ji Hyun tak terlihat ekspresi takut ataupun khawatir, tatapan
matanya masih penuh dengan amarah pada orang yang ada di hadapannya itu.
“Hentikan,
Kwon Ji Young!” tiba-tiba terdengar suara seorang pria, entah sejak kapan ia
berada di ruangan ini.
“Mworago? MWORAGO?!
Aku tidak tahan lagi melihat tatapan matanya dan mendengar suara menyebalkannya
ini, Taecyeon-ah!” Ji Young marah pada Taecyeon, ia berbicara tanpa menoleh
sedikitpun ke arah temannya itu.
“Lepaskan
saja dia. Tidak ada gunanya juga kita menyekapnya di sini. Lebih baik cari cara
lain saja. Ataukah, apa perlu kita membawanya ke Jepang dan melatihnya menjadi
seorang pembunuh handal yang bertangan dingin?” tawaran yang sangat menggiurkan
bagi Ji Young. Sebentar ia melihat ke arah Ji Hyun lalu ke arah Taecyeon, kali
ini dengan smirknya yang sangat jahat itu. Wajah niat jahat keduanya saling
menatap satu sama lain.
“Mworago?!
Shiro! Cepat lepaskan aku! Atau…-”
“Atau
apa?” dengan cepat Ji Young memotong perkataan Ji Hyun.Makin geram. Ya.Itulah
yang Ji Hyun rasakan saat ini.
“Taecyeon-ah,
aku setuju dengan saranmu itu.” Smirk itu lagi. Ji Hyun sangat membenci Kwon Ji
Young bahkan sampai hal terkecil yang menyangkut pria ini.
‘Mwo?Apa
katamu?’gumam Ji Hyun dalam hati.
***
Seoul,
14 Februari 2013
Malam
ini taman kota dipenuhi oleh ribuan pasangan yang sedang merayakan Valentine
Days, hari kasih saying yang hanya dirayakan setiap tanggal 14 Februari.
Berbagai macam cara mereka lakukan untuk merayakannya. Mulai dari hal kecil
seperti memberikan bucket bunga sampai hal besar seperti melamar atau
bahkan menikahi pasangannya. Semua orang dengan pasangannya masing-masing,
terkecuali seorang laki-laki berparas tampan. JungKook, nama laki-laki itu.
Dilihat dari penampilannya saja sangat jelas ia masih sekolah. JungKook hanya
duduk sendiri di bangku taman bermandikan cahaya lampu tengah menunggu
seseorang yang special baginya. Namun sudah berjam-jam tak ada tanda-tanda
kehadiran gadis pujaannya, Cho Ji Hyun.
Padahal
malam ini adalah malam special baginya, bagaimana tidak? Malam ini ia akan
mengutarakan isi hatinya pada Ji Hyun, kalau selama ini ia sangat menyukainya.
Saking spesialnya, penampilannya malam ini pun ikut special. JungKook
mengenakan T-Shirt putih dengan outfit kemeja berbahan
jeans halus dipadukan dengan celana jeans senada dengan kemejanya serta sepatu
hitamnya.Wajah khawatir nampak pada wajahnya.
“Kemana
Ji Hyun? Jangan-jangan dia tidak datang? Aish, tapi… “ sejenak JoongKook
berfikir lalu selanjutnya JoongKook mendesah pelan memikirkan Ji Hyun. JungKook
merasa ia menjadi orang yang paling menyedihkan di hari kasih saying tahun ini,
JungKook memutuskn untuk pulang setelah menunggu Ji Hyun selama lebih dari 6
jam.
Sementara
orang yang ditunggunya tengah tersekap di sebuah ruangan sempit dan gelap
ditemani dengan 2 orang psikopat.
“Apa
yang kalian inginkan sebenarnya?Membunuhku secara perlahan? Atau-“
“Ya!
Aku ingin sekali membunuhmu secara perlahan, agar kau dan seluruh keluargamu
tau betapa sakitnya dibunuh secara perlahan itu! Kau tau, membunh dengan sekali
serang itu tidak asyik, Uri Ji Hyun-ie, ahahahhah!!!” jawaban yang Ji
Hyun dengar dari seorang Ji Young mampu membelalakan matanya seketika itu juga.
“Mwo?
Jadi kau ingin membalas dendam pada ayahku dengan cara licik seperti ini?!”
“Tidak!
Tentu saja lebih dari yang kau bayangkan, Cho Ji Hyun! Kau tau betapa sakitnya
dan menderitanya terpisah dari orangtuamu sendiri?!Itulah yang aku rasakan saat
itu dan saat ini. Ayahmu telah memisahkan aku dengan kedua orangtuaku disaat
aku sangat menyayangi mereka! Ayahmu telah membunuh kedua orangtuaku! Neo
molla?!” dengan sangat emosi Ji Young mengungkapkan perasaannya yang kacau saat
ini. Seketika terpampang ekspresi wajahya yang menunjukan betapa ia sangat
kehilangan dan sedih di balik wajahnya yang tadi terlihat enteng dan psikopat
itu.
“Sudahlah,
jangan kau bahas lagi itu Ji Young-ah.” Taecyeon menenangkan Ji Young yang
terpuruk di atas lantai seusai mengatakan uneg-unegnya dihadapan Ji Hyun, yang
tak lain adalah hoobae dan teman sepermainannya saat kecil dulu.
“Mianhaeyo,
Ji Young-sanbae” nadanya terdengar lirih dari mulut Ji Young, seakan
ia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Jin Young saat itu.
“Diamlah! Aku
tidak butuh permintaan maafmu itu! Yang aku ingin kau dan orangtuamu tahu
seperti apa rasanya dipisahkan dari orang yang kau sayangi!!!”
“Tapi
kenapa sekarang? Kenapa harus sekarang?! Kenapa tidak
dari dulu kau melakukannya?!”
“Wae? Kau
tidak suka? Kau tau apa alasannya? Karena hari ini bertepatan dengan 5tahun
kematian kedua orangtuaku!”
Mata
Ji Hyun seakan hampir keluar dari singgahsananya, Ji Young ternyata memiliki
masa lalu yang menyedihkan. Ditinggalkan kedua orangtuanya saat hari kasih sayang.
‘Jika
itu semua terjadi padaku, apa aku akan merasakan hal yang sama dan berbuat hal
sama pula?’fikir Ji Hyun.
***
Yokohama-Japan,
11 Februari 2014
Setelah
hampir setahun lamanya Ji Hyun disekap akhirnya Ji Young dan Taecyeon
memutuskan untuk membawanya ke Jepang dan melatihnya menjadi pembunuh bertangan
dingin sesuai saran Taecyeon, sahabat karib Ji Young.
Setahun
telah berlalu semenjak kejadian malam natal itu. Ji Young memutuskan untuk
membawa kembali Ji Hyun ke Korea, setelah ia mencuci otak Ji Hyun dan meracuni
pikiran gadis itu. Dan terciptalah seorang Ji Hyun dengan mata tanpa cahaya dan
berhati dingin sedingin es di kutub utara.
“Kita
mau kemana lagi?” Tanya seorang gadis dengan nada datar dan tatapan dinginnya,
Ji Hyun
“Seoul,
Korea selatan. Kita akan pulang ke kampung halaman kita. Disana sudah ada
pekerjaan yang menantimu, Ji Hyun-ah”
Ji
Hyun diam, tak ada komentar darinya. Yang ada hanya
tatapan kosong yang terlihat pada mata dinginnya.
“Wah,
dia benar-benar melebihi dari apa yang kita inginkan, Ji Young-ah” timpal
Taecyeon yang tengah membereskan barang-barang mereka.
“Kapan
jadwal keberangkatan
kita,Taec?” Tanya Ji Young dengan wajah sumringah.
“Malam
ini sekitar jam 11 malam. Mungkin kita akan sampai besok pagi, Ji
Young-ah.”Jawab Taecyeon dengan akurat.
Sementara
itu dilain pihak terlihat Ji Hyun tengah melihat sebuah lembar foto yang ia
ambil dari saku hoodienya.
“Lama
tak jumpa, bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja disana? Maaf aku tidak
bisa menepati janjiku malam itu, tunggulah aku pasti akan bertemu denganmu.
Semoga…” ucapnya lirih diiringi uraian air mata yang mengalir dipipinya. Rupanya
selama ini Ji Hyun selalu menyembunyikan fotonya bersama Joong Kook. Dibalik
wajahnya dan sikapnya yang dingin ia
tidak pernah lupa dengan orang-orang tersayangnya, orangtuanya dan Joong
Kook.
Perlu
kalian tahu, selama ini rupanya Ji Hyun berpura-pura selalu menuruti apa yang
diperintahkan oleh Ji Young untuk melindungi nyawanya serta orang-orang
tersayangnya.
Sekilas
Ji Hyun melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya,
sudah jam 10.30 malam. Itu berarti ia harus segera bergegas untuk ke bandara.
“Sudah
waktunya. Tunggu aku, ne?” batinnya sembari melihat foto itu lagi. Segera ia masukan lagi
foto itu dalam sakunya saat ia mendengar Ji Young memanggilnya dari dalam rumah
yang selama ini mereka tempati.
***
Seoul,
13 Februari 2014
Jungkook
tengah berlari-lari kecil/jogging sore ini di taman yang biasa ia datangi
dengan Ji Hyun. Langkah kakinya berhenti saat ia melewati kursi panjang,
disampingnya ada sebuah pohon besar nan rindang. Tempat itu adalah tempat
favorit Jungkook dan Ji Hyun.
Joongkook
mengahampiri kursi panjang tersebut dan duduk diatasnya. Lalu
terlihat bayangan wajah Ji Hyun yang tersenyum. “Ji Hyun-ah, neo eodisseo? Bogoshippo.”
Tanpa terasa air mata mengalir diwajah tampannya itu ketika ia teringat akan
sosok Ji Hyun yang selalu tersenyum menatapnya.
Tiba-tiba
saja ada seseorang yang menghampirinya,orang itu berdiri dibelakang punggung
Joongkook yang tengah mengahadap kea rah kanan.
“Na yeogisseo, Jungkook-ah” terdengar
suara seseorang yang tak asing lagi ditelinganya. Suara itu sangat dekat. Joongkook
berbalik. Dan saat itu pula matanya menangkap sosok yang sangat ia rindukan,
Cho Ji Hyun.
“Lama
tak jumpa, Jungkook-ah.” Ji Hyun
tersenyum hangat pada Jungkook. Sungguh itu adalah senyum yang selama setahun
ini ia rindukan.
“Ji
Hyun-ah,” lirih
Joongkook sembari bangkit dari duduknya, dan langsung
menarik tangan Ji Hyun dan memeluknya dengan erat seakan ia takut kehilangan
gadis ini lagi.
“Kau
kemana saja selama ini? Bahkan kau lupa akan janji kita. Bogoshippoyo, Ji Hyun-ah.”ucap Jungkook
ditengah isakan tangisnya yang masih mendekap tubuh Ji Hyun.
“Itu
tidak penting. Yang penting kan aku sudah kembali lagi sekarang.”
Pelukan
itu berlangsung lama, bahkan mungkin sangat. Sampai-sampai
Ji Hyun kesusahan untuk bernafas. Senyum itu
terukir lagi dibibir mungilnya.
Di
tempat yang sama, ternyata ada mata yang sedang memperhatikan mereka, Ji Young
dan Taecyeon. Ji Young marah, bahkan karena ia tidak bisa menahan amarahnya ia
hendak menghampiri kedua bocah itu, namun ditahan oleh Taecyeon.
“Tenanglah
dulu, ini bukan saatnya. Lihatlah, apa kataku
kenapa tidak dari dulu kau melepasnya saja? Dia itu bukan tipe orang yang mudah
diubah pemikirannya.” Jelas Taecyeon.
“Taec,
aku punya rencana bagus”
“Eum?”
***
Seoul,
14 Februari 2014
Malam
ini merupakan malam yang special (lagi) bagi Jungkook, bagaimana tidak? Malam
ini dia ada janji dengan gadis pujaannya, Ji Hyun. Jungkook
berharap kali ini ia tak boleh gagal lagi seperti dulu kala.
Tiga
puluh menit sudah Jungkook menunggu Ji Hyun di taman tempatnya membuat janji
dengan Ji Hyun. Namun gadis itu tak kunjung datang, bahkan Ji Hyun tak membalas
pesan singkat ataupun menjawab panggilan telepon dari Jungkook. Jungkook
khawatir. Ia takut hal yang terjadi dulu kala itu akan terulang lagi.
Yang
ditunggu pun akhirnya menunjukkan dirinya. Ya. Ji Hyun
datang walau telat hampir satu jam. Malam ini Ji Hyun tampak cantik dengan menggunakan
dress selutut berlengan pendek berwarna putih dengan mengenakan
wedges berwarna senada dengan
dressnya. Jungkook terkesiap, terpesona dengan penampilan Ji Hyun malam ini.
“Mianhae,
aku telat.”
“A-a-ania,
g-gwaen-gwaencanha, Ji Hyun-ah.” Jawab Jungkook dengan tergagap, masih
terpesona akan penampilan Ji Hyun malam ini. Dibenaknya, Ji Hyun bagaikan
bidadari yang ditakdirkan untuk bersamanya.
“Wae? Apa
aku terlihat aneh? Atau..”
“Ah,
ani. Kau cantik malam ini”
“Gomawo”
Ji Hyun tersipu mendengar kalimat terakhir tadi dari Jungkook.
“Ah,
iya. Silahkan
duduk.” Jungkook menunjuk kursi panjang taman yang ada disamping mereka.
“Ne.”
Ji
Hyun duduk disebelah kiri Jungkook. Keduanya
menatap langit yang gelap.
“Ah,
cho-chogi..” Jungkook tergagap. Jungkook
kebingungan harus mulai dari mana.
“Eum? Waeyo?”
“Ji-Ji
Hyun-ah. Neo, na yeojachingu ga do jullae?”*(read
: Maukah kau menjadi pacarku?) dengan gugup akhirnya Jungkook mengungkapkan isi
hatinya pada Ji Hyun.
Ji
Hyun kaget. Bola matanya seakan hendak keluar dari singgahsananya.
Namun dibalik itu, ia bahagia, senang tiada
tara mendengar orang yang disukainya juga menyukainya.
“Jinjjayo?” pertanyaan itu hanya dijawab anggukan serta senyuman manis oleh
Jungkook.
“Jadi?” Ragu.
Itulah perasaan dibalik kata yang ia lontarkan barusan.
“Tentu
saja aku mau. Nado johaeyo” Jungkook
tersenyum mendengar jawaban Ji Hyun. Tiba-tiba saja
tangan Jungkook sudah menggenggam tangan mungil Ji Hyun. Mereka tersenyum
menatap satu sama lain. Namun, tiba-tiba…
DUARRRR !!!!
Sebuah
peluru panas tepat mengenai dada sebelah kiri Jungkook. Ji
Hyun terkejut begitupun dengan Jungkook. Mata Jungkook melebar, seakan ingin
keluar dari tempatnya, menahan sakit yang begitu besar, kini ia berada diambang
kematian. Darah yang berasal dari dada Jungkook yang tertembak tadi memuncrat
diwajah Ji Hyun. Ji Hyun panik! Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ji Hyun
hanya bisa menangis menyaksikan Jungkook, orang yang disayanginya, yang baru
saja menjadi pacarnya itu sekarat dihadapannya, dengan mata kepalanya sendiri. Jungkook
terjatuh. Tubuhnya sudah tak bisa tegak lagi. Ia tumbang
dipelukan Ji Hyun. Masih dengan menggenggam tangan Ji Hyun. Ji
Hyun menangis. Ia berteriak meminta pertolongan. Namun sia-sia tak ada
seorangpun di sana terkecuali mereka.
“Ahh
Ahhh, Eotteokkhae? Jungkook-ah bertahanlah. Aku akan segera menghubungi
ambulance. Bertahanlah. Demi aku!!” dengan terisak Ji Hyun berusaha menenangkan dirinya.
Baru
saja hendak memanggil ambulance, tangannya ditahan oleh tangan Jungkook yang
penuh dengan darah.
“Haaaa,
Ji Hyun-ah?” dengan segenap kekuatannya yang tersisa Jungkook berusaha
mengucapkan sesuatu, namun badannya kembali tumbang, kali ini bukan hanya ia
namun juga Ji Hyun, keduanya jatuh ke rerumputan yang ada di tanah. Ji Hyun
meletakkan Jungkook di pangkuannya.
“Ji
Hyun-ah, mianhada. Jeongmal
mianhae. Terimakasih
karena kau sudah mau menerima perasaanku padamu. Meski tak
berlangsung lama, aku sangat bahagia. Maaf aku tidak
bisa terus bersamamu, sepertinya aku tidak bisa Ji Hyun-ah.Mianhae. Anyyeong Ji Hyun-ah” Diam. Tak ada kalimat
yang keluar lagi dari mulut Jungkook. Tak ada lagi denyu janungnya. Dia sudah meninggal,
dipangkuan Ji Hyun. Ji Hyun menangis sejadi-jadinya, sembari memeluk tubuh Jungkook
yang sudah tak bernyawa lagi.
***
Seoul,
21 Februari 2014
Seminggu
setelah kematian Jungkook, Ji Hyun masih saja mengurung diri di kamar
apartemennya. Perasaannya masih kacau tentang kematian Jungkook yang secara
tiba-tiba itu. Tak lama, ringtone handphonenya berbunyi, tanda panggilan
masuk. Awalnya raut muka Ji Hyun biasa-biasa saja, namun tak lama raut mukanya
berubah menjadi serius ketika ia melihat nama yang terpampang dilayar
ponselnya, Kwon Ji Young.
Dengan
kesal bercampur marah, Ji Hyun menjawab panggilan orang yang paling dibencinya
itu.
“Yeobeoseyo?” ucapnya diawal percakapannya.
“Lama
tak mendengar suaramu. Bagaimana kabarmu, Ji Hyun-ah”
“Tak
usah basa-basi, apa yang mau kau katakana sebenarnya?”
“Ekhm,”
Ji Young berdehem.“Bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang kau sayangi?”
DEGGG…..
Pertanyaan
Ji Young seakan membuatnya mengingat satu hal, pertanyaan itu hampir
sama dengan apa yang Ji Young katakana dulu, saat menyekapnya.
“Tidak
mungkin… kau..”
“Ya,
benar. Akulah
yang telah membunuh Jungkook, kekasihmu itu, hahahahahah” tawanya membludak
tepat ditelinga Ji Hyun. Membuat kemarahan Ji Hyun tak teredam lagi.
Tanpa
terasa, air matanya kini sudah membasahi pipinya, matanya terasa panas saat ia
mendengar pengakuan gila dari Ji Young.
“Neo…eodiga…?? NEO EODIGAAAA??!!” Ji
Hyun marah. Ia tak bisa lagi menahan gejolak dihatinya.
“Percuma
saja kalau kau mau menemuiku. Aku sudah tak berada di Korea lagi sejak empat hari yang lalu.”
“Geotjimal… geotjimallago!!!” Ji
Hyun berteriak dengan sekencang-kencangnya meluapkan segala amarah dalam dirinya.
“Kalau
kau tak percaya silahkan saja kau mencariku ke seluruh Korea.” Tawanya
kembali membludak ditelinga Ji Hyun.
Tutt
ttuttt….
“Ya!Ya!” sambungan
telepon itu terputus. Menangis. Menjerit sejadi-jadinya. Hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang
untuk mengeluarkan kemarahannya. Tangan kananya meraih figura kecil, didalamnya
terpampang wajahnya dan Jungkook yang saling tersenyum menghadap kamera.
Air
mata yang tak terbendung itu serta isakan tangisnya semakin menjadi-jadi saat
melihat senyum cerah Jungkook. Air matanya membasahi figura tepat diwajah Jungkook.
“Jungkook-ah, aku janji aku pasti akan menemukan
bajingan itu, dan membalas dendam untukmu. Yakseokhae!” ucapnya
dengan nada lirih sembari memeluk figura tersebut.
_FIN_
A/N : Aduh
aduuuh,,, maaf bangeet untuk yang suka abang(?) GD, maaf banget kalau
karakternya aku bikin begitu. Maaf juga karena ceritanya gak seru dan alurnya
acak banget. Dan tenang aja, dede Kookie baik-baik aja
koq, chingu... hehehe Terimakasih untuk yang mau baca tulisan ini... Sampai
jumpa di cerita selanjutnya... ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar